Penyakit ayan atau epilepsi, penyakit ayan menurut islam, penyakit ayan pada manusia, penyakit ayan pada anak, penyakit ayan pada bayi, penyakit ayan apakah bisa menular, penyakit ayan bisa sembuh, penyakit ayan atau epilepsi menular, penyakit ayan atau epilepsi menular, penyakit ayan apa obatnya, penyakit ayan bisa disembuhkan.
Penyakit ayan atau epilepsi sering diidentikkan dengan penyakit yang menakutkan. Padahal epilepsi secara medis adalah penyakit akibat adanya gangguan pada otak. Pada masyarakat awam, epilepsi lebih dikenal dengan nama ayan.
Penyakit ini sangat menakutkan bagi masyarakat, terutama mereka yang berpendidikan rendah. Epilepsi bahkan dianggap sebagai penyakit kerasukan roh hingga kegilaan yang parah.
Anggapan tersebut sebenarnya sangat beralasan karena jika pengidap epilepsi yang parah bisa mendadak mengalami serangan dan mereka sanggup melukai diri sendiri. Misalnya, membentur-benturkan kepala atau memukul-mukul tubuh mereka sendiri.
Serangan itu diiringi pula dengan keluarnya busa di mulut dan kejang yang berulang.”Epilepsi sangat sulit dideteksi. Apalagi jika penderita mendapatkan epilepsi dengan serangannya ringan, misalnya kaget tanpa sebab tapi sering.
Epilepsi sebenarnya terjadi karena lepasnya muatan listrik yang berlebihan dan mendadak pada otak sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dari otak ke bagian-bagian lain dalam tubuh terganggu,” kata dokter spesialis saraf yang juga pengajar di Universitas Gadjah Mada, dr Yolanda Atmadja SpS. Awal kata epilepsi, berasal dari bahasa Yunani (epilepsia) yang berarti serangan.
Penyakit ini tidak menular dan bukan penyakit keturunan. Epilepsi juga tidak identik dengan orang yang mengalami keterbelakangan intellectual. Bahkan, banyak penderita epilepsi yang mendapatkan epilepsi tanpa diketahui penyebabnya.
Sebenarnya, di dalam otak penderita epilepsi terdapat sel-sel saraf (neuron), yang bertugas mengoordinasikan semua aktivitas tubuh, termasuk perasaan, penglihatan, dan berpikir. Namun, bagi penderita epilepsi, otot saraf tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadilah serangan yang membuat penderita epilepsi mendapatkan kejang, terdiam sejenak, kaget dengan sangat hebat, hingga kejang-kejang dengan busa di mulut.
Pada penderita epilepsi, saraf otak tidak berfungsi dengan baik. Penyebabnya adalah trauma kepala (pernah mengalami cedera di daerah kepala) ataupun tumor otak. Sering juga disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses kelahiran, luka kepala, stroke, dan konsumsi alkohol berlebih ketika si ibu sedang hamil.
Menurut Yolanda, seseorang dapat dinyatakan menderita epilepsi jika orang tersebut mengalami kejang yang bukan karena alkohol dan tekanan darah yang sangat rendah.”Alat pendeteksi yang digunakan biasanya adalah MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang menggunakan magnet sangat kuat untuk mendapatkan gambaran dalam tubuh atau otak seseorang. Bisa juga digunakan EEG (Electro Encephalo Graphy) alat untuk mengecek gelombang otak,” katanya.
Lalu, yang disayangkan, Yolanda menyebutkan, adalah pandangan masyarakat terhadap epilepsi yang sangat buruk. Bahkan, secara umum, masyarakat di Indonesia salah mengartikan penyakit epilepsi.”Akibatnya, penderita epilepsi sering dikucilkan. Padahal, epilepsi bukan termasuk penyakit menular dan penyakit jiwa. Selain itu, epilepsi juga bukan karena kemasukan roh dan bukan penyakit yang tidak bisa disembuhkan,” sebut dokter berambut ikal tersebut.
Lebih lanjut Yolanda mengatakan, banyak jenis epilepsi di antaranya epilepsi tonik klonik (grandmal), epilepsi absans (petit mal), epilepsi parsial sederhana, epilepsi parsial komplek, epilepsi atonik, dan epilepsi mioklonik.”Cara menanggulangi jika kebetulan menemukan penderita epilepsi yang tengah kumat, jangan sekali- kali memasukkan atau meletakkan sesuatu ke dalam mulut penderita. Jangan memaksa membuka gigi atau menahan gerakan saat klonik (kejang). Biarkan penderita sadar sendiri,” sebutnya.
Senada dengan Yolanda, ahli bedah saraf dari Universitas Indonesia (UI) Dr Dharmawan mengatakan, penderita epilepsi atau ayan bisa disembuhkan dengan pengobatan dan bedah saraf. Bahkan, diakuinya, penyandang epilepsi berkisar 1% dari total jumlah penduduk, atau sebanyak 2 juta jiwa. Sebanyak 70% di antaranya dapat disembuhkan dengan menggunakan pengobatan secara teratur.Sementara 30% belum mampu diobati dengan mengonsumsi obat. “30% penyandang epilepsi bisa dibantu melalui operasi bedah saraf, dengan tingkat keberhasilan 90%,” katanya.Proses bedah saraf bagi penderita epilepsi menurut Dharmawan sekarang sudah sangat canggih. Terutama epilepsi yang diakibatkan gangguan pada otak samping atau lobus temporalis, dikenal dengan epilepsi psikomotorik.
Epilepsi atau sering disebut sebagai “penyakit ayan” sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Pada waktu itu, epilepsi masih dianggap sebagai penyakit yang disebabkan atau dipengaruhi oleh kekuatan supranatural. Pemahaman yang keliru tentang penyakit epilepsi mengakibatkan pengobatan yang diberikan pada penderita didasari oleh hal-hal berbau mistik. Hal itu terjadi karena mereka mempercayai epilepsi sebagai “kutukan” yang harus dienyahkan.
Sebagai seorang muslim, kita harus meyakini bahwa tiap penyakit yang diderita oleh seseorang semata-mata karena takdir Allah, dan bukan karena kutukan atau kekuatan roh halus. Untuk itulah, kita perlu mengetahui tentang penyakit epilepsi dan jangan sampai kita memilih pengobatan yang keliru yaitu dengan mendatangi dukun (paranormal) dan mau melakukan ritual-ritual yang penuh dengan kesyirikan.
Dalam istilah medis, kata epilepsi diambil dari bahasa Yunani “epilambein” yang berarti serangan. Pada awalnya orang-orang mempercayai bahwa serangan yang dimaksud berasal dari sesuatu yang tidak terlihat (roh halus) yang menimpa tubuh seseorang. Seiring perkembangan ilmu kedokteran contemporary, epilepsi mulai dipahami sebagai gangguan atau berhentinya fungsi otak secara mendadak dan berkala yang disebabkan oleh terjadinya lepas muatan listrik berlebihan dan tidak teratur pada sel-sel otak secara tiba-tiba, sehingga penerimaan dan pengiriman rangsang antara bagian-bagian otak dan dari otak ke bagian-bagian tubuh lain jadi terganggu. Yang dimaksud dalam pengertian “berkala” dalam istilah tersebut tidak berarti memiliki rentang waktu tertentu, tetapi dapat muncul sewaktu-waktu dan kemudian berulang lagi secara tiba-tiba pula.
Penderita epilepsi memiliki ambang serangan yang lebih rendah dibanding orang ordinary. Yang dimaksud dengan “ambang serangan” adalah batas tingkatan rangsang (stimulasi) yang memungkinkan otak mengalami serangan atau tidak.
Banyak teori mengenai penyebab epilepsi, mulai dari idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) sampai akhirnya sedikit demi sedikit mulai diketahui walaupun masih terpisah-pisah. Salah satu teori menyatakan bahwa epilepsi merupakan kombinasi antara ambang serangan (yang diturunkan secara genetik), tidak normalnya jaringan otak (sebagai faktor predisposisi/faktor risiko) dan faktor lingkungan (sebagai presipitasi/pencetus). Jadi misalnya, seseorang secara genetik memiliki ambang serangan yang rendah tapi tidak mendapat faktor pencetus maka kemungkinannya orang tersebut tidak mengalami serangan epilepsi.
Beberapa faktor penyebab maupun faktor risiko yang sudah diketahui, antara lain trauma kepala, demam tinggi, stroke, keracunan, tumor otak, masalah jantung dan pembuluh darah, gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi (meningitis/radang selaput otak dan ensefalitis/radang otak).
Ada beragam ekspresi serangan epilepsi seperti kejang, gerakan tidak ordinary, dan aneh. Satu hal yang harus diingat, bahwa epilepsi tidak selalu harus berarti kejang dan sebaliknya, kejang juga belum tentu epilepsi. Gerakan yang timbul dapat hanya sebagai gerakan melamun saja, misalnya tiba-tiba penderita menghentikan kegiatannya dan bola matanya seolah-olah memandang jauh kedepan sampai gerakan aneh seperti gerakan melingkar, kepala miring dan lengan lurus (keadaan ini disebut versif). Ada pula ekspresi serangan berupa nyeri (pada kepala, lengan, punggung, dll), baal/kesemutan, gangguan kesadaran, pelo, ngompol, muntah, berkeringat, atau mimisan.
Sebagai contoh, serangan yang sifatnya tonik klonik, akan menimbulkan serangan berupa mendadak berteriak kemudian jatuh tak sadarkan diri, seluruh tubuh kaku (tonik) kemudian menghentak-menghentak (klonik), bola mata berputar ke atas, mulut berbuih, keluar keringat dingin, kulit kebiruan, nafas dangkal atau terhenti. Serangan berlangsung beberapa menit. Ketika serangan reda, nafas menjadi teratur kembali, kesadaran pulih secara bertahap dan penderita tampak bingung.
Pada kasus yang lain, serangan bersifat absence menunjukkan gejala berupa penderita menghentikan aktifitasnya secara mendadak, mata terbuka seolah melihat jauh/melamun, kadang disertai gerakan mata berkedip-kedip secara cepat dan mulutnya komat-kamit. Serangan ini berlangsung selama beberapa detik kemudian penderita melanjutkan kembali aktifitasnya seolah tidak terjadi apa-apa. Pada serangan absence ini penderita tidak sampai jatuh.
Ada beberapa hal yang bisa mengakibatkan munculnya serangan epilepsi pada penderita:
Jika kita mendapati salah satu anggota keluarga atau orang yang kita kenal menunjukkan tanda-tanda atau gejala yang mengarah pada epilepsi, sebaiknya kita sarankan supaya berkonsultasi dengan dokter ahli. Penderita akan diperiksa secara menyeluruh dan jika perlu dilakukan pemeriksaan EEG (Electro Encephalography). Hendaknya penderita dan pihak keluarga bersikap terbuka pada dokter dan menceritakan secara detail apa yang dialami penderita. Keterangan tersebut akan sangat membantu dokter dalam menentukan analysis dan terapi selanjutnya.
Perhatikan hal-hal apa saja yang bisa mencetuskan serangan epilepsi pada penderita dan sebisa mungkin cegahlah supaya hal-hal tersebut tidak mencetuskan serangan epilepsi. Misalnya saja, jika penderita peka terhadap cahaya maka sebaiknya penderita tidur dalam kondisi lampu redup atau dimatikan.
Penderita epilepsi berisiko tinggi mengalami cedera, maka sebaiknya penderita tidak mengendarai kendaraan sendiri dan selalu ditemani jika akan berpergian. Pada beberapa kasus, penderita yang sudah terbiasa bisa mengetahui jika dirinya akan mengalami serangan sehingga dirinya akan segera mencari tempat yang aman.
Berilah dukungan serta ingatkan untuk minum obat dan kontrol secara teratur karena biasanya pengobatan untuk penderita epilepsi membutuhkan waktu cukup lama. Mintalah dukungan lingkungan sekitar, dan usahakan jangan sampai penderita dikucilkan.
Jika penderita masih sekolah, libatkan guru di sekolahnya supaya bisa memahami kondisi penderita, terutama yang menyangkut masalah akademis. Biasanya penderita cenderung sering izin tidak masuk sekolah karena sakit atau kontrol ke dokter. Pada dasarnya penderita epilepsi tidak dilarang untuk bekerja, hanya saja sebaiknya pekerjaan disesuaikan dengan jenis serangan. Pilih pekerjaan yang relatif aman untuk mengurangi kemungkinan cedera.
Sebaiknya keluarga, guru, rekan kerja dan orang-orang yang terdekat dengan penderita mengetahui hal-hal yang harus dilakukan saat penderita mengalami serangan seperti:
Setelah mengenal lebih jauh tentang penyakit epilepsi, diharapkan kita dapat memahami dan memberikan dukungan bagi penderita epilepsi serta jangan sampai kita mengucilkan mereka. Sebaiknya keluarga penderita tidak menganggap penyakit epilepsi sebagai aib tetapi terimalah penyakit tersebut sebagai ketentuan Allah dengan lapang dada. Dukungan dari keluarga akan sangat membantu proses kesembuhannya. Penderita epilepsi hendaknya senantiasa bersabar dan meminta pertolongan pada Allah karena hanya Allah lah yang menyembuhkan segala macam penyakit.
Terima kasih telah membaca artike tentang Penyakit Ayan Menular atau Tidak, semoga bermanfaat.
Penyakit ayan atau epilepsi sering diidentikkan dengan penyakit yang menakutkan. Padahal epilepsi secara medis adalah penyakit akibat adanya gangguan pada otak. Pada masyarakat awam, epilepsi lebih dikenal dengan nama ayan.
Penyakit ini sangat menakutkan bagi masyarakat, terutama mereka yang berpendidikan rendah. Epilepsi bahkan dianggap sebagai penyakit kerasukan roh hingga kegilaan yang parah.
Anggapan tersebut sebenarnya sangat beralasan karena jika pengidap epilepsi yang parah bisa mendadak mengalami serangan dan mereka sanggup melukai diri sendiri. Misalnya, membentur-benturkan kepala atau memukul-mukul tubuh mereka sendiri.
Serangan itu diiringi pula dengan keluarnya busa di mulut dan kejang yang berulang.”Epilepsi sangat sulit dideteksi. Apalagi jika penderita mendapatkan epilepsi dengan serangannya ringan, misalnya kaget tanpa sebab tapi sering.
Epilepsi sebenarnya terjadi karena lepasnya muatan listrik yang berlebihan dan mendadak pada otak sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dari otak ke bagian-bagian lain dalam tubuh terganggu,” kata dokter spesialis saraf yang juga pengajar di Universitas Gadjah Mada, dr Yolanda Atmadja SpS. Awal kata epilepsi, berasal dari bahasa Yunani (epilepsia) yang berarti serangan.
Penyakit ini tidak menular dan bukan penyakit keturunan. Epilepsi juga tidak identik dengan orang yang mengalami keterbelakangan intellectual. Bahkan, banyak penderita epilepsi yang mendapatkan epilepsi tanpa diketahui penyebabnya.
Sebenarnya, di dalam otak penderita epilepsi terdapat sel-sel saraf (neuron), yang bertugas mengoordinasikan semua aktivitas tubuh, termasuk perasaan, penglihatan, dan berpikir. Namun, bagi penderita epilepsi, otot saraf tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadilah serangan yang membuat penderita epilepsi mendapatkan kejang, terdiam sejenak, kaget dengan sangat hebat, hingga kejang-kejang dengan busa di mulut.
Pada penderita epilepsi, saraf otak tidak berfungsi dengan baik. Penyebabnya adalah trauma kepala (pernah mengalami cedera di daerah kepala) ataupun tumor otak. Sering juga disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses kelahiran, luka kepala, stroke, dan konsumsi alkohol berlebih ketika si ibu sedang hamil.
Menurut Yolanda, seseorang dapat dinyatakan menderita epilepsi jika orang tersebut mengalami kejang yang bukan karena alkohol dan tekanan darah yang sangat rendah.”Alat pendeteksi yang digunakan biasanya adalah MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang menggunakan magnet sangat kuat untuk mendapatkan gambaran dalam tubuh atau otak seseorang. Bisa juga digunakan EEG (Electro Encephalo Graphy) alat untuk mengecek gelombang otak,” katanya.
Lalu, yang disayangkan, Yolanda menyebutkan, adalah pandangan masyarakat terhadap epilepsi yang sangat buruk. Bahkan, secara umum, masyarakat di Indonesia salah mengartikan penyakit epilepsi.”Akibatnya, penderita epilepsi sering dikucilkan. Padahal, epilepsi bukan termasuk penyakit menular dan penyakit jiwa. Selain itu, epilepsi juga bukan karena kemasukan roh dan bukan penyakit yang tidak bisa disembuhkan,” sebut dokter berambut ikal tersebut.
Lebih lanjut Yolanda mengatakan, banyak jenis epilepsi di antaranya epilepsi tonik klonik (grandmal), epilepsi absans (petit mal), epilepsi parsial sederhana, epilepsi parsial komplek, epilepsi atonik, dan epilepsi mioklonik.”Cara menanggulangi jika kebetulan menemukan penderita epilepsi yang tengah kumat, jangan sekali- kali memasukkan atau meletakkan sesuatu ke dalam mulut penderita. Jangan memaksa membuka gigi atau menahan gerakan saat klonik (kejang). Biarkan penderita sadar sendiri,” sebutnya.
Senada dengan Yolanda, ahli bedah saraf dari Universitas Indonesia (UI) Dr Dharmawan mengatakan, penderita epilepsi atau ayan bisa disembuhkan dengan pengobatan dan bedah saraf. Bahkan, diakuinya, penyandang epilepsi berkisar 1% dari total jumlah penduduk, atau sebanyak 2 juta jiwa. Sebanyak 70% di antaranya dapat disembuhkan dengan menggunakan pengobatan secara teratur.Sementara 30% belum mampu diobati dengan mengonsumsi obat. “30% penyandang epilepsi bisa dibantu melalui operasi bedah saraf, dengan tingkat keberhasilan 90%,” katanya.Proses bedah saraf bagi penderita epilepsi menurut Dharmawan sekarang sudah sangat canggih. Terutama epilepsi yang diakibatkan gangguan pada otak samping atau lobus temporalis, dikenal dengan epilepsi psikomotorik.
APA YANG PERLU ANDA TAHU TENTANG EPILEPSI
Epilepsi atau sering disebut sebagai “penyakit ayan” sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Pada waktu itu, epilepsi masih dianggap sebagai penyakit yang disebabkan atau dipengaruhi oleh kekuatan supranatural. Pemahaman yang keliru tentang penyakit epilepsi mengakibatkan pengobatan yang diberikan pada penderita didasari oleh hal-hal berbau mistik. Hal itu terjadi karena mereka mempercayai epilepsi sebagai “kutukan” yang harus dienyahkan.
Sebagai seorang muslim, kita harus meyakini bahwa tiap penyakit yang diderita oleh seseorang semata-mata karena takdir Allah, dan bukan karena kutukan atau kekuatan roh halus. Untuk itulah, kita perlu mengetahui tentang penyakit epilepsi dan jangan sampai kita memilih pengobatan yang keliru yaitu dengan mendatangi dukun (paranormal) dan mau melakukan ritual-ritual yang penuh dengan kesyirikan.
Definisi Epilepsi
Dalam istilah medis, kata epilepsi diambil dari bahasa Yunani “epilambein” yang berarti serangan. Pada awalnya orang-orang mempercayai bahwa serangan yang dimaksud berasal dari sesuatu yang tidak terlihat (roh halus) yang menimpa tubuh seseorang. Seiring perkembangan ilmu kedokteran contemporary, epilepsi mulai dipahami sebagai gangguan atau berhentinya fungsi otak secara mendadak dan berkala yang disebabkan oleh terjadinya lepas muatan listrik berlebihan dan tidak teratur pada sel-sel otak secara tiba-tiba, sehingga penerimaan dan pengiriman rangsang antara bagian-bagian otak dan dari otak ke bagian-bagian tubuh lain jadi terganggu. Yang dimaksud dalam pengertian “berkala” dalam istilah tersebut tidak berarti memiliki rentang waktu tertentu, tetapi dapat muncul sewaktu-waktu dan kemudian berulang lagi secara tiba-tiba pula.
Penderita epilepsi memiliki ambang serangan yang lebih rendah dibanding orang ordinary. Yang dimaksud dengan “ambang serangan” adalah batas tingkatan rangsang (stimulasi) yang memungkinkan otak mengalami serangan atau tidak.
Apakah Penyebab Epilepsi?
Banyak teori mengenai penyebab epilepsi, mulai dari idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) sampai akhirnya sedikit demi sedikit mulai diketahui walaupun masih terpisah-pisah. Salah satu teori menyatakan bahwa epilepsi merupakan kombinasi antara ambang serangan (yang diturunkan secara genetik), tidak normalnya jaringan otak (sebagai faktor predisposisi/faktor risiko) dan faktor lingkungan (sebagai presipitasi/pencetus). Jadi misalnya, seseorang secara genetik memiliki ambang serangan yang rendah tapi tidak mendapat faktor pencetus maka kemungkinannya orang tersebut tidak mengalami serangan epilepsi.
Beberapa faktor penyebab maupun faktor risiko yang sudah diketahui, antara lain trauma kepala, demam tinggi, stroke, keracunan, tumor otak, masalah jantung dan pembuluh darah, gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi (meningitis/radang selaput otak dan ensefalitis/radang otak).
Bagaimana Kita Mengenali Tanda-tanda Epilepsi?
Ada beragam ekspresi serangan epilepsi seperti kejang, gerakan tidak ordinary, dan aneh. Satu hal yang harus diingat, bahwa epilepsi tidak selalu harus berarti kejang dan sebaliknya, kejang juga belum tentu epilepsi. Gerakan yang timbul dapat hanya sebagai gerakan melamun saja, misalnya tiba-tiba penderita menghentikan kegiatannya dan bola matanya seolah-olah memandang jauh kedepan sampai gerakan aneh seperti gerakan melingkar, kepala miring dan lengan lurus (keadaan ini disebut versif). Ada pula ekspresi serangan berupa nyeri (pada kepala, lengan, punggung, dll), baal/kesemutan, gangguan kesadaran, pelo, ngompol, muntah, berkeringat, atau mimisan.
Sebagai contoh, serangan yang sifatnya tonik klonik, akan menimbulkan serangan berupa mendadak berteriak kemudian jatuh tak sadarkan diri, seluruh tubuh kaku (tonik) kemudian menghentak-menghentak (klonik), bola mata berputar ke atas, mulut berbuih, keluar keringat dingin, kulit kebiruan, nafas dangkal atau terhenti. Serangan berlangsung beberapa menit. Ketika serangan reda, nafas menjadi teratur kembali, kesadaran pulih secara bertahap dan penderita tampak bingung.
Pada kasus yang lain, serangan bersifat absence menunjukkan gejala berupa penderita menghentikan aktifitasnya secara mendadak, mata terbuka seolah melihat jauh/melamun, kadang disertai gerakan mata berkedip-kedip secara cepat dan mulutnya komat-kamit. Serangan ini berlangsung selama beberapa detik kemudian penderita melanjutkan kembali aktifitasnya seolah tidak terjadi apa-apa. Pada serangan absence ini penderita tidak sampai jatuh.
Apa Saja yang Bisa Mencetuskan Serangan pada Penderita Epilepsi?
Ada beberapa hal yang bisa mengakibatkan munculnya serangan epilepsi pada penderita:
- Kurang tidur
- Stres emosional
- Kelelahan fisik
- Infeksi, biasanya disertai demam
- Suhu tinggi
- Alkohol
- Rangsang cahaya (berkedip-kedip,menyilaukan)
- Obat-obatan tertentu
- Perubahan hormonal, terutama pada wanita (menjelang, saat,dan setelah haid)
- Rangsang suara (nada tinggi dan keras)
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Jika kita mendapati salah satu anggota keluarga atau orang yang kita kenal menunjukkan tanda-tanda atau gejala yang mengarah pada epilepsi, sebaiknya kita sarankan supaya berkonsultasi dengan dokter ahli. Penderita akan diperiksa secara menyeluruh dan jika perlu dilakukan pemeriksaan EEG (Electro Encephalography). Hendaknya penderita dan pihak keluarga bersikap terbuka pada dokter dan menceritakan secara detail apa yang dialami penderita. Keterangan tersebut akan sangat membantu dokter dalam menentukan analysis dan terapi selanjutnya.
Perhatikan hal-hal apa saja yang bisa mencetuskan serangan epilepsi pada penderita dan sebisa mungkin cegahlah supaya hal-hal tersebut tidak mencetuskan serangan epilepsi. Misalnya saja, jika penderita peka terhadap cahaya maka sebaiknya penderita tidur dalam kondisi lampu redup atau dimatikan.
Penderita epilepsi berisiko tinggi mengalami cedera, maka sebaiknya penderita tidak mengendarai kendaraan sendiri dan selalu ditemani jika akan berpergian. Pada beberapa kasus, penderita yang sudah terbiasa bisa mengetahui jika dirinya akan mengalami serangan sehingga dirinya akan segera mencari tempat yang aman.
Berilah dukungan serta ingatkan untuk minum obat dan kontrol secara teratur karena biasanya pengobatan untuk penderita epilepsi membutuhkan waktu cukup lama. Mintalah dukungan lingkungan sekitar, dan usahakan jangan sampai penderita dikucilkan.
Jika penderita masih sekolah, libatkan guru di sekolahnya supaya bisa memahami kondisi penderita, terutama yang menyangkut masalah akademis. Biasanya penderita cenderung sering izin tidak masuk sekolah karena sakit atau kontrol ke dokter. Pada dasarnya penderita epilepsi tidak dilarang untuk bekerja, hanya saja sebaiknya pekerjaan disesuaikan dengan jenis serangan. Pilih pekerjaan yang relatif aman untuk mengurangi kemungkinan cedera.
Sebaiknya keluarga, guru, rekan kerja dan orang-orang yang terdekat dengan penderita mengetahui hal-hal yang harus dilakukan saat penderita mengalami serangan seperti:
- Jangan panik, usahakan tetap tenang
- Cegah jangan sampai lidah penderita tergigit saat kejang
- Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut penderita
- Biarkan serangan berlalu, insya Allah serangan akan berhenti dengan sendirinya.
- mankan penderita dari lingkungan yang membahayakan dirinya.
- Longgarkan pakaian agar tidak ketat.
- Miringkan posisi kepala bila kejang sudah berhenti.
- Bila serangan berkepanjangan. Segera kirim penderita ke Rumah Sakit.
Penutup
Setelah mengenal lebih jauh tentang penyakit epilepsi, diharapkan kita dapat memahami dan memberikan dukungan bagi penderita epilepsi serta jangan sampai kita mengucilkan mereka. Sebaiknya keluarga penderita tidak menganggap penyakit epilepsi sebagai aib tetapi terimalah penyakit tersebut sebagai ketentuan Allah dengan lapang dada. Dukungan dari keluarga akan sangat membantu proses kesembuhannya. Penderita epilepsi hendaknya senantiasa bersabar dan meminta pertolongan pada Allah karena hanya Allah lah yang menyembuhkan segala macam penyakit.
Terima kasih telah membaca artike tentang Penyakit Ayan Menular atau Tidak, semoga bermanfaat.
informasi yang bermanfaat. Postingannya yg asli ya.
ReplyDeletewww.segalapedia.com
Terikasih telah berkunjung ke blog saya Refny Mafinda... sering2 lh mampir :)
ReplyDelete