Susu Ibu Hamil Menyusui

Susu ibu hamil dan menyusui, susu ibu hamil sekaligus menyusui, susu ibu hamil untuk ibu menyusui, susu untuk ibu hamil dan menyusui, ibu hamil minum susu menyusui, bolehkah susu ibu hamil diminum ibu menyusui, bolehkah ibu hamil minum susu menyusui, perawatan payudara ibu hamil dan menyusui.

Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun demikian, terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Masalah-masalah yang sering dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan bagaimana mengatasinya akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.

Susu Ibu Hamil Menyusui


PAYUDARA BENGKAK (ENGORGEMENT)


Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti influenza.


Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain sebagai berikut :

  • Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan
  • Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi)
  • Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
  • Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
  • Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi
  • Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara
  • Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting susu
  • Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudara


KELAINAN PUTING SUSU


Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.


1. Puting Susu Datar


Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang ordinary akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.


2. Puting Susu terpendam (tertarik ke dalam)


Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan guide (tangan) atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.


PUTING SUSU NYERI (SORE NIPPLE) DAN PUTING SUSU LECET (CRACKED NIPPLE)



Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut:

  • Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
  • Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting susu
  • Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
  • Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).


Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup areola sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan bawah. Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

  • Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat yang dapat mengiritasi.
  • Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
  • Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.

Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting  tetap nyeri, sebaiknya dicari sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).


SALURAN SUSU TERSUMBAT (OBSTRUCTIVE DUCT)


Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.


Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada beberapa hal yang dianjurkan, antara lain:

  • Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis)
  • Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
  • Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.

Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.


RADANG PAYUDARA (MASTITIS)


Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-three pekan setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara antara lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol).


Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik (demam). Bilamana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara sehingga statis dapat dihindari yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya abses payudara.


ABSES PAYUDARA


Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan anlgesik.


Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali. Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).


AIR SUSU IBU KURANG


Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu components atau makanan tambahan sangat besar. Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.


Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi.  Hal ini dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan usianya biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.


BAYI BINGUNG PUTING


Istilah bingung puting dipakai untuk menggambarkan keadaan bayi yang mengalami nipple confusion karena diberi susu method dalam botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Mekanisme menyusu dan minum dari botol sangat berlainan. Untuk menyusui bayi memerlukan usaha yang “lebih” dari minum susu dari botol. Pada saat menyusu pada ibu, bayi mempergunakan otot-otot pipi, gusi, palatum durum (langit-langit) dan lidah untuk menarik dan mengurut puting serta areolanya untuk membentuk suatu “dot”, kemudian ditekan oleh gusi atas dan bawah sehingga sinus laktiferus tertekan dan keluarlah ASI. Selanjutnya, dengan gerakan yang teratur ASI diisap dan ditelan. Tidak demikian halnya dengan bayi yang mendapat minuman dari botol, sebab dot mempunyai lubang sehingga tanpa berusaha keras bayi dapat menelan susu karena susu dapat terus keluar tanpa diisap. Oleh sebab itulah kenapa bayi yang terbiasa minum dari botol (dot) akan sulit dan enggan menyusu dari ibunya. Ibu yang menggunakan botol dan dot biasanya beralasan produksi ASI-nya kurang, atau ibu sakit, misalnya payudaranya bengkak, puting susu nyeri atau lecet dan sebagainya.


Tanda-tanda bayi bingung puting antara lain:

  • Bayi mengisap puting seperti mengisap dot
  • Waktu menyusu, bayi mengisapnya terputus-putus atau tersendat-sendat
  • Bayi menolak menyusu ibu


Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya bingung puting adalah sebagai berikut:

  • Ibu harus mengusahakan agar bayi hanya menyusu ibu saja
  • Ibu harus menerapkan cara menyusui yang benar
  • Ibu sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (sesuka bayi)
  • Ibu perlu lebih sabar dan lebih telaten ketika menyusui bayi
  • Sebaiknya ibu melaksanakan perawatan payudara setelah melahirkan secara sistemik dan teratur


BAYI ENGGAN MENYUSU


Bayi enggan menyusu perlu mendapat perhatian secara khusus terutama terhadap bayi dengan gumoh, diare, mengantuk, kuning, dan kejang-kejang. Bayi dengan gejala tersebut perlu dibawa ke dokter ahli untuk mendapatkan tindakan medis.


Selain itu, masih ada penyebab lain bayi enggan menyusu antara lain :

  • Hidung tertutup lendir atau ingus karena pilek sehingga sulit mengisap /bernafas
  • Bayi dengan sariawan/moniliasis, nyeri untuk mengisap
  • Terlambat dimulainya menyusu waktu di Rumah Sakit karena tidak dirawat gabung antara ibu dan anak
  • Bayi ditinggal lama karena ibu sakit atau bekerja
  • Bayi juga mendapat susu dari botol selain dari menyusu ibunya
  • Bayi dengan prelacteal feeding atau mendapatkan makanan tambahan terlalu dini
  • Tehnik menyusui ibu yang salah
  • ASI kurang lancar atau terlalu deras (memancar)
  • Bayi dengan frenulum linguae (tali lidah) pendek / short tongue tie


Penanggulangan bayi enggan menyusu sebagai berikut:

  • Apabila bayi pilek, ibu diajarkan cara membersihkan lubang hidung
  • Berikan pengobatan bila mulut bayi sakit sariawan/moniliasis
  • Berikan lebih banyak kesempatan kepada ibu untuk merawat bayinya sendiri agar lebih mengenal sifat/cirinya.
  • Ibu perlu tahu tehnik menyusu yang benar
  • Sebaiknya ibu tidak memberi prelacteal feeding (makanan tambahan) yang terlalu dini pada bayi
  • Apabila ASI keluar terlalu deras/memancar, keluarkan ASI sedikit sebelum menyusu baru kemudian bayi disusukan dengan posisi agak tegak/berdiri.
  • Bila ASI kurang lancar, sebaiknya menyusui lebih lama dan lebih sering (sesuka bayi) serta pada waktu menyusui posisi kepala bayi lebih didekatkan pada payudara, tangan ibu menahan kepala bayi agar tetap pada posisinya. Dengan begitu, ASI bisa keluar lebih sempurna.
  • Tindakan operatif pada frenulum linguae yang pendek


BAYI SERING MENANGIS


Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga bila bayi sering menangis pasti ada sebabnya. Kita perlu mencari sebabnya agar dapat diambil tindakan yang tepat. Penyebabnya bisa karena bayi lapar, takut, kesepian , bosan, kesepian, popok basah/kotor, atau karena sakit.


Delapan puluh persen dari penyebab tersebut di atas dapat ditanggulangi dengan menyusukan bayi dengan tehnik yang benar. Di samping itu, tentu saja dengan mengatasi sebab-sebabnya seperti mengganti popok yang basah, membelai bayi supaya tenang, dan membawanya ke dokter jika memerlukan penanganan karena sakitnya.


PENUTUP


Dua pekan pertama sesudah melahirkan merupakan hari-hari yang perlu mendapatkan perhatian, pengawasan serta dukungan dalam hal menyusui. Ini penting sebab banyak masalah sehubungan dengan menyusui yang dapat dideteksi dini, dicegah dan ditanggulangi agar tidak menjadi penyulit atau penyebab terjadinya kegagalan menyusui. Dengan mengetahui masalah-masalah yang biasa terjadi saat menyusui, insya Alloh para ibu tidak panik lagi dan dapat menghadapinya dengan baik.


Terima kasih telah membaca artikel tentang Susu Ibu Hamil Menyusui, semoga bermanfaat.

Postingan Terkait:

1 Tanggapan untuk "Susu Ibu Hamil Menyusui"